Hidup dalam lingkungan yang tidak nyaman memang sungguh menyiksa. Apalagi jika sudah dipaksakan untuk setara. Paksaan mempunyai sisi positif yang begitu luar biasa untuk memacu kekerdilan yang menganga. Dipaksa untuk menabrak setiap batasan-batasan yang ada, dipaksa untuk menelan realita yang berbalik dengan rasa. Tak melulu persoalan tentang nyaman atau tidaknya, tapi ini tentang bisa atau tidaknya. Well it's enough to doing something that impossible for coming. Sebuah kebenaran tak lagi dilihat secara personal, melainkan dilihat secara general. Persetan dengan kebenaran jika tak ada yang peduli dengan kepekaan. Seperti sudah terbiasa disuguhi dengan permasalahan yang serupa namun memilih untuk mengeksekusinya dengan cara yang sama dan berharap mempunyai hasil yang berbeda. Tak ada yang salah, dan tak ada yang menyalahkan juga. Itu adalah pilihan untuk menentukan hasil yang transparan. Berlaku atau tidaknya hukum alam kita tidak bisa memprediksi dengan mudah. Apa yang dikehendaki manusia hanyalah pion catur yang tetap dikendalikan oleh tuannya. Tuan, bagi mereka yang memiliki kekuasaan untuk mengontrol tatanan.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgqDfKg15VKdYIX4gKGLKC-blgYwqnhucCyPgOooPpiHAz3LKhQkXYYfuG0llLZVi_F2QOVWEO5mTD2l1awpPAjxFFJFH5eYMa-KF4S05Bo2Rhauqh_xJHM-oIiUC5aQ96VNeZeZUnG7S1m/s320/WhatsApp+Image+2021-05-20+at+13.12.37.jpeg) |
Cassandra Paradoks |
Lingkungan itu ibarat wadah yang selektif. Memilih siapa saja yang layak dikontrol, dan menendang siapa yang tidak bisa dikontrol. Seperti magnet yang siap menarik medan magnet, tapi tidak untuk plastik dan sampah lainnya. Otoritas akan selalu keras bila lembek, namun otoritas akan kalah dengan prioritas. Sesuatu yang didahulukan pasti mendapatkan perhatian yang lebih. Entah apa daya tarik dan daya pikatnya. Tulisan ini sulit dicerna mungkin, sebenarnya apa inti dari semuanya? Tak tahu, hanya mengetik apa saja yang terlintas di dalam otak. Semoga ada yang pernah merasakan tentang rumitnya pikiran di otak, itulah gambaran singkatnya mengapa tulisan ini dibuat. Semuanya tentang paradoksal yang terjadi di lingkungan. Tidak merasa terganggu, namun jengah dengan kebiasaan membenarkan sesuatu yang salah hanya karena terbiasa lalu jadi dibenarkan. Tapi sesuatu yang benar tidak ditanggapi dan diacuhkan padahal memiliki nilai kebenaran. Seperti kutukan yang tak bisa dijelaskan, lingkungan membenarkan hal yang salah. Namun ketika kebenaran datang ditolak mentah-mentah. Lucunya hal demikian dibalut dengan wajah toleransi untuk dimengerti.
Sesuatu masalah akan terus ada dan akan berdampingan dengan benar dan tidaknya. Permasalahan lahir karena mempermasalahkan antara kebenaran dan kesalahan. Jika tak ada itu semua maka tak akan ada masalah. Dunia cukup untuk ditertawakan tak perlu di pikirkan secara begitu mendalam bila lupa caranya untuk ke daratan. Segala kerumitan dan keresahan adakalanya diluapkan sesuai keinginan agar tak menumpuk dan menggunung. Terlalu fokus ke lingkungan sekitar sampai lupa bahwa diri sendiri pun sebenarnya ada di dalam lingkungannya. Cukup terima saja kutukan paradoks dewi Cassandra yang memiliki kemampuan menganalisa masa depan namun tak ada satupun orang yang mempercayainya. Ironi di dalam mitologi.
Komentar
Posting Komentar