Kecemasan dalam kehidupan seringkali terjadi, biarkan saja itu memang wajar. Ketika semua kepanikan di masa depan tentang ekspektasi yang kita bangun lenyap seketika dengan faktor yang tak bisa disebutkan. Seperti itulah terkadang, alurnya sulit untuk ditebak bahkan diterka. Jangankan untuk diterka, berani untuk berspekulasi saja pun rasanya terlalu naif bila melihat kepada keadaan yang saat ini kita jalani. Keputusan untuk mencemaskan kehidupan di masa depan yang akan mendatang adalah suatu keberanian, menunjukkan suatu tanda bahwa kita memang peduli dengan hal itu sampai berekspektasi. Beranilah dalam hidup, berani dalam bermimpi, berani bermimpi hingga semua kepanikan bisa digantikan dengan sebuah kepanikan yang baru. Jika bukan untuk dipikirkan maka lebih baik dinikmati, tapi bukankah dengan memikirkan dan mencemaskan kehidupan di masa yang akan datang pun itu sebuah seni untuk menikmati kehidupan yang sedang dijalani sekarang? Jelas. Ya! Untuk menikmati sesuatu terkadang tak perlu dinikmati dengan hal-hal yang enak, selama ini kita beranggapan bahwa "menikmati" itu harus selalu digambarkan dengan sesuatu yang terlihat enak. Padahal tidak.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg8Zstri_l8EmQ8zLnJYdf_c87h1MZHkhRqJsFO0q3IJKMlIvi0URZUgtXgXwZoB38iRzTexcBvrmhhHi5Jb0cMozhErizd8ylGDXra57lM9-9RxMxHlCNiYO5y1Dp-TpmkVGn7hgSIyYwQ/s320/river+flows+when+asleep.jpeg) |
River Flows When Asleep |
Asumsi tentang apapun memang lahir dari segala kecemasan atas ketidakpuasan terhadap sesuatu, tak akan ada asumsi jika semuanya merasa terpenuhi dan tak akan ada yang namanya kekhawatiran dalam hidup jika semuanya bisa transparan. Biarkan semuanya mengalir begitu saja seperti air yang dengan tenang berjalan untuk sampai ke lautan, memang sangat indah jika hanya dengan dikatakan. Tapi tidak untuk disampaikan, apalagi dilakukan. Semua perasaan, baik itu kecemasan, kekhawatiran dan semacam itu adalah bentuk kepedulian terhadap diri sendiri secara tidak sadar. Lebih berbahaya jika tidak memiliki rasa kekhawatiran dalam kecemasan di hidup ini. Bercemas-cemaslah sepuasnya, khawatirlah sepuasnya, sampai tak ada satupun orang yang mencemaskan dan mengkhawatirkan. Sampai diri sendiri pun lupa bahwa sedang mencemaskan kecemasan atas kekhawatiran. Apa yang akan dilakukan setelah mencemaskan sesuatu, apa yang akan dilakukan setelah mengkhawatirkan sesuatu? Dan apa yang akan terjadi setelah melakukan itu semua? Jawabannya adalah lupa, lalu tertawa bersama masalah dan kecemasan yang sama di hari yang baru.
Tak perlu menggambarkan kecemasan secara berlebihan, karena setiap yang berlebihan pasti ada kembalian. Tak perlu menampakkan kekhawatiran secara keterlaluan, karena setelah keterlaluan pasti ada pemberhentian. Cukup percaya dengan diri sendiri apa yang akan dilakukan untuk hari ini, apa yang akan dilakukan besok hari. Cukup dengarkan lagu pengantar tidur sebelum larut dalam impian hingga merasa kosong, dan beban yang menumpuk hilang sejenak hingga esok pagi. Alunan piano yang tenang mungkin bisa sejenak mengalihkan perhatian tentang kecemasan dan kekhawatiran, resapi setiap nada yang keluar, hayati setiap susunan notasi yang berbunyi oleh jari jemari. Lalu nikmati, kehidupan yang sedang dijalani ibarat sebuah nada dan irama yang ada dalam sebuah lagu. Yang memainkan lagu adalah diri kita sendiri, pilihlah alat musik apa yang sekiranya mewakili, libatkan perasaan untuk mendapatkan jawaban yang diinginkan. Hasil dari semuanya evaluasi dengan nalar untuk menemukan pecahan-pecahan yang selama ini dibutuhkan, sampai semuanya terasa kosong hingga terlelap dalam alunan ciptaan insan.
Komentar
Posting Komentar