Dengan mencoba segala hal di usia muda memang suatu hal yang wah, menakjubkan. Bisa merasakan banyak pengalaman di segala bidang, setidaknya ada bekal yang bisa dibawa di kemudian hari. Apapun coba, jangan memikirkan dulu tentang gengsi, gengsi hanyalah sebuah harga diri yang menipu. Begitu katanya, kata orangtua yang memberi wejangan kepada anak muda yang sering rebahan, dan hanya berselancar di media sosial membaca apa saja yang lewat. Bukannya beda zaman beda cara untuk berkembang ya? Umpat si anak muda yang mencoba berpikir secara kontekstual. Coba saja di zaman dulu sudah ada kemajuan teknologi seperti zaman sekarang, mungkin pernyataan deklarasi perang hanya perlu disampaikan di story instagram saja ataupun facebook, bisa juga di broadcast whatsapp keluarga untuk sekedar menakuti orangtua-orangtua yang gagal melek teknologi. Jika saja media sosial lahir pada saat itu mungkin tak perlu repot menurunkan berpuluh-puluh armada angkatan perang di suatu negara, cukup meretas sistem negara dengan hacker. Tapi sepertinya itu semua akan terjadi di masa sekarang, masa yang sekarang kita hadapi, masa dimana teknologi dan media sosial menjadi salahsatu sumber dari penyakit sikap.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjchLx9zOykrb4DQAShr6cA7uzC8SAXUD2pV4dcQ55zVMYqFsZrPOHpdU7lBclT4bv1pHTKGoAx9MSSRhKlVInjuI6OEs2zwvcFGpEO6899zAsbK_FEB23iLxLojJVLp68R5FJWX4KsGn4q/s320/media+sosial+insecure.jpeg) |
Media Sosial Insecure |
Setiap kemajuan apapun selalu saja dibarengi dengan hal negatifnya, secara tidak langsung sebuah inovasi pasti akan menimbulkan penyakit sosial yang baru. Pada zaman dahulu misalkan ada tetangga yang membeli produk hasil inovasi, yaitu sepeda motor. Maka kemungkinan penyakit sosial yang terjadi adalah iri terhadap tetangga, dan hanya membicarakannya kepada orang yang sama-sama merasakan iri. Perkembangan teknologi dan perkembangan zaman semakin maju, muncul lah inovasi baru dalam bidang teknologi. Handphone yang berbasis smartphone baik android ataupun iPhone, kira-kira apa yang melatarbelakangi orang ingin membeli smartphone? Yang notabene kegunaannya masih sama dengan handphone tipe symbian (tipe hp sebelum smartphone) untuk mengirim pesan dan menelfon. Inovasi smartphone dibarengi dengan lahirnya media sosial yang dulu hanya bisa diakses menggunakan komputer, smartphone menawarkan media sosial di dalam handphone. Orang-orang secara tidak langsung ingin eksis di dunia maya atau media sosial, maka dibeli lah smartphone.
Penyakit sosial baru bermunculan, ketika berselancar di media sosial yang cakupannya sangat luas bahkan seluruh dunia. Mulai membandingkan diri sendiri dengan oranglain ataupun membandingkan oranglain dengan oranglain yang jelas-jelas sudah berbeda, merasa tidak percaya diri dan minder ketika melihat postingan teman sebaya yang sudah sukses. Lahir penyakit baru bernama insecure, overthinking dan sebagainya. Yang intinya adalah susah melihat orang lain senang lalu dikembalikan kepada diri sendiri dengan menyalahkan nasib dan keadaan dengan bentuk merendahkan diri saat melihat kelebihan oranglain, lebih parahnya itu semua secara tak sadar dilakukan untuk menarik simpati agar merasa diakui dan diterima. Adakalanya insecure itu perlu sebagai cambukan dan batu loncatan untuk menjadi lebih baik, namun jangan sampai insecure dijadikan senjata untuk menutupi kekurangan dan kelemahan agar diakui dan diterima. Tak ada yang sepeduli itu dengan kekurangan dan kelemahan jika tak ada usaha untuk merubahnya menjadi kekuatan. Orang hanya melihat ketika berhasil atau tidaknya, tidak dengan kelemahan atau kelebihannya.
Komentar
Posting Komentar